Senin, 16 April 2012

askep proses penyembuhan tulang dan sindrom compartemen

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Kandungan Tulang
Tulang terdiri atas matriks organic keras yang sangat diperkuat dengan endapan garam kalsium dan garam tulang.Matriks organik ini terdiri dari serat-serat kolagen dan medium gelatin homogen yang disebut substansi dasar.  Substansi dasar ini terdiri atas cairan ekstraseluler ditambah proteoglikan, khususnya kondroitin sulfat dan asam hialuronat yang membantu mengatur pengendapan kalsium. Garam-garam tulang terutama terdiri dari kalsium dan fosfat.  Rumus garam utamanya dikenal sebagai hidroksiapatit.Tahap awal pembentukan tulang adalah sekresi kolagen (kolagen monomer) dan substansi dasar oleh osteoblas.  Kolagen monomer dengan cepat membentuk serat-serat kolagen dan jaringan akhir yang terbentuk adalah osteoid, yang akan menjadi tempat di mana kalsium mengendap.  Sewaktu osteoid terbentuk, beberapa osteoblas terperangkap dalam osteoid dan selanjutnya disebut osteosit.Osteoblas dapat dijumpai di permukaan luar tulang dan dalam rongga tulang.  Lawan dari osteoblas yang membentuk tulang adalah osteoklas yang menyerap tulang dan mengikisnya. Pada pertumbuhan tulang normal, kecepatan pengendapan dan absorpsi tulang sama satu dengan lainnya, sehingga massa total dari tulang tetap konstan.  Biasanya, osteoklas terdapat dalam massa yang sedikit tetapi pekat, dan sekali massa osteoklas mulai terbentuk, maka osteoklas akan memakan tulang dalam waktu 3 minggu dan membentuk terowongan.  Pada akhir waktu ini, osteoklas akan menghilang dan terowongan itu akan ditempati osteoblas.  Selanjutnya, mulai dibentuk tulang baru.  Pengendapan tulang ini kemudian terus berlangsung selama beberapa bulan, dan tulang yang baru itu diletakkan pada lapisan berikutnya dari lingkaran konsentris (lamella) pada permukaan dalam rongga tersebut sampai pada akhirnya terowongan itu terisi semua.  Pengendapan ini berhenti setelah ada pembuluh darah yang mendarahi daerah tersebut.  Kanal yang dilewati pembuluh darah ini disebut kanal harvers.  Setiap daerah tempat terjadinya tulang baru dengan cara seperti ini disebut osteon.
Apabila mendapat beban yang berat, tulang akan menebal.  Selain itu, tulang akan terus melakukan regenerasi kalau sudah mulai perlu diganti.  Kemampuan tulang melakukan regenerasi akibat adanya absorpsi-pengendapan tulang.  Kecepatan absorpsi-pengendapan tulang yang berlangsung cepat, misalnya pada anak-anak, cenderung membuat tulang rapuh dibandingkan dengan absorpsi-pengendapan tulang yang lambat.  Jadi, pada anak-anak akan terjadi regenerasi yang cepat apabila ada kerusakan.
Kalsium
Tubuh manusia dewasa mengandung sekitar 1100gr kalsium, dan 99%nya berada dalam kerangka tubuh.  Kalsium dalam tulang terdiri Atas 2 tipe: cadangan yang dapat ditukar dengan cepat, dan cadangan kalsium yang jauh lebih besar ddengan proses penukaran yang lambat.  Ada 2 sistem homeostatik yang independen: sistem yang mengatur Ca2+ plasma yang tiap harinya bergerak keluar masuk dari cadangan yang mudah ditukar; dan sistem yang berperan dalam remodelling tulang melalui resropsi dan deposisi tulang yang konstan.
Ada 2 tipe kalsium: plasma dan bebas.  Kalsium plasma ada yang terikat pada protein (albumin dan globulin) dan ada juga yang berdifusi (berionisasi dan berkompleks dengan HCO3-, sitrat, dst).  Kalsium bebas yang terionisasi dalam cairan tubuh adalah perantara kedua dan diperlukan untuk pembekuan darah, kontraksi otot, dan fungsi saraf.  Penurunan kadar Ca2+ dapat menyebabkan tetani hipokalsemik yang ditandai dengan sejumlah besar spasme otot rangka, seperti yang terjadi pada laringospasme dimana jalan napas akan tersumbat dan menimbulkan asfiksia fatal.
Terdapat 3 hormon yang mengatur metabolisme kalsium, yaitu:
1.    1,25-dihidroksikolikalsiferol yang merupakan hormon steroid yang dibentuk dari vitamin D.  Reseptor 1,25-dihidrokolekalsiferol ditemukan di banyak jaringan selain usus, ginjal, dan tulang.  Jaringan tersebut di antaranya adalah kulit, limfosit, monosit, otot rangka dan jantung, payudara, dan kelenjar hipofisis anterior.  Zat ini dapat mempermudah penyerapan Ca2+ dari usus, mempermudah reasorbsi Ca2+ di ginjal, meningkatkan aktivitas sintetik osteoblas, dan diperlukan untuk klasifikasi normal matriks.
2.     hormon paratiroid (PTH) yang memobilisasi kalsium dari usus.  PTH bekerja langsung pada tulang untuk meningkatkan resorpsi tulang, ekskresi fosfat dalam urine dan memobilisasi Ca2+.
3.    kalsitonin yang menurunkan kadar kalsium dengan cara menghambat resorpsi tulang, dan menghambat aktivitas osteoklas secara in vitro.Ketiga hormon ini bekerja secara terpadu untuk mempetahankan kadar Ca2+ yang konstan dalam cairan tubuh.
Mineralisasi dan deminerisasi
Mineralisasi tulang merupakan proses penempatan kalsium ke dalam jaringan tulang. Sedangkan demineralisasi merupakan proses yang antagonis dengan mineralisasi yaitu proses pengambilan kalsium dari jaringan tulang. Selama hidup, tulang secara terus-menerus diresobsi dan dibentuk tulang baru. Kalsium dalam tulang mengalami pergantian dengan kecepatan 100% per tahun pada bayi dan 18% per tahun pada orang dewasa. Remodeling tulang ini, sebagian bessar adalah proses local yang berlangsung di daerah yang terbatas oleh populasi sel yang disebut unit  remodeling tulang. Tulang mempertahankan bentuk eksternalnya selama masa pertumbuhan akibat proses remodeling konstan, disertai proses pengerasan tulang oleh osteoblas (mineralisasi) dan pada proses resoprsi oleh osteoklas (demineralisasi) yang terjadi pada permukaan dan di dalam tulang. Osteoklas membuat terowongan ke dalam tulang korteks yang diikuti oleh osteoblas, sedangkan remodeling tulang trabekular terjadi di permukaan trabekular. Pada kerangka manusia, setiap saat sekitar 5% tulang mengalami remodeling oleh sekitar 2 juta unit remodeling tulang. Kecepatan pembaruan untuk tulang adalah sekitar 4% per tahun untuk tulang kompak dan 20% per tahun untuk tulang trabekular.






BAB II
PEMBAHASAN
A.    ANATOMI DAN FISIOLOGI TULANG
1.    Pengertian
Rangka manusia tersusun dari tulang –tulang (206 tulang) yang membentuk suatu rangka tubuh. Selain tersusun dari tulang rangka tubuh di sebagian tempat juga dilengkapi dengan kartilago (tulang rawan).
2.    Fungsi tulang
a.    Menyokong struktur tubuh
b.    Menjadi tempat melekatnya serat otot
c.    Membentuk sel darah
d.     Menyimpan ion anorganik(yaitu, kalsium dan fosfor)
e.    Melindungi organ dalam dari trauma
3.    Macam-macam Tulang
a.    Tulang Pipa atau Tulang Panjang (Long Bone)
Sesuai dengan namanya tulang pipa memiliki bentuk seperti pipa atau tabung dan biasanya berongga. Diujung tulang pipa terjadi perluasan yang berfungsi untuk berhubungan dengan tulang lain. Tulang pipa terbagi menjadi tiga bagian yaitu: bagian tengah disebut diafisis, kedua ujung disebut epifisis dan diantara epifisis dan diafisis disebut cakra epifisis. Beberapa contoh tulang pipa adalah pada tulang tangan diantaranya tulang hasta (ulna), tulang pengumpil (radius) serta tulang kaki diantaranya tulang paha (femur), dan tulang kering (tibia).
b.    Tulang Pipih (Flat Bone)
Bentuk tulang yang kedua yaitu tulang pipih. Tulang pipih tersusun atas dua lempengan tulang kompak dan tulang spons, didalamnya terdapat sumsum tulang. Kebanyakan tulang pipih menyusun dinding rongga, sehingga tulang pipih ini sering berfungsi sebagai pelindung atau memperkuat. Contohnya adalah tulang rusuk (costa), tulang belikat (scapula), tulang dada (sternum), dan tulang tengkorak.



c.    Tulang Pendek (Short Bone)
Dinamakan tulang pendek karena ukurannya yang pendek dan berbentuk kubus umumnya dapat kita temukan pada pangkal kaki, pangkal lengan, dan ruas-ruas tulang belakang.
d.    Tulang tak berbentuk (Irregular Bone)
Tulang tak berbentuk memiliki bentuk yang tak termasuk ke dalam tulang pipa, tulang pipih, dan tulang pendek. Tulang ini terdapat di bagian wajah dan tulang belakang. Gambar tulang wajah (bagian mandibula) di samping termasuk tulang irreguler

B.    PROSES PENYEMBUHAN TULANG
Tulang matur terdiri atas 30% materi organik (hidup) dan 70 % deposit garam. Materi organik di sebut matriks, dan terdiri atas 90% serabut kolagen dan kurang dari 10% protoilitik (protein plus polisakarida). Deposit garam terutama adalah kalsium dan fosfat dengan sedikit natruim, kalium karbonat, dan ion magnesium.garam menutupi matrik dan berikatan dengan serabut kolagen melalui proteolikan.matrik menyebabkan tulang memiliki tensil (resistansi terhadap tarikan dan renggangan). Garam tulang menyebabkan menpunyai kemampuan kompresi (kemampuan menahan kompresi).
Tahapan penyembuhan tulang terdiri dari: inflamasi, proliferasi sel, pembentukan kalus, penulangan kalus (osifikasi), dan remodeling.
1.    Tahap Inflamasi.
Tahap inflamasi berlangsung beberapa hari dan hilang dengan berkurangnya pembengkakan dan nyeri. Terjadi perdarahan dalam jaringan yang cidera dan pembentukan hematoma (bekuan fibril) di tempat patah tulang yang berfungsi untuk melekatnya sel sel baru. Ujung fragmen tulang mengalami devitalisasi karena terputusnya pasokan darah. Tempat cidera kemudian akan diinvasi oleh magrofag (sel darah putih besar), yang akan membersihkan daerah tersebut. Terjadi inflamasi, pembengkakan dan nyeri.


2.    Tahap Proliferasi Sel.
Pada tahap ini, kira-kira 5 hari hematoma (bekuan fibril) akan mengalami organisasi, terbentuk benang-benang fibril kembali dalam jendalan darah, membentuk jaringan untuk revaskularisasi, dan invasi fibroblast (pembentuk serat) yang membantu memperbaiki sel sel yang rusak, dan membentuk jaringat parut serta osteoblast (penghasil matrik) . Fibroblast dan osteoblast (berkembang dari osteosit, sel endotel, dan sel periosteum) akan menghasilkan kolagen dan proteoglikan sebagai matriks kolagen pada patahan tulang. Terbentuk jaringan ikat fibrus dan tulang rawan (osteoid). Dari periosteum, tampak pertumbuhan melingkar. Kalus tulang rawan tersebut dirangsang oleh gerakan mikro minimal pada tempat patah tulang. Tetapi gerakan yang berlebihan akan merusak sruktur kalus. Tulang yang sedang aktif tumbuh menunjukkan potensial elektronegatif.

3.    Tahap Pembentukan Kalus.
Pertumbuhan jaringan berlanjut dan lingkaran tulang rawan tumbuh mencapai sisi lain sampai celah  sudah terhubungkan. Fragmen patahan tulang digabungkan dengan jaringan fibrus, tulang rawan, dan tulang serat matur. Bentuk kalus dan volume dibutuhkan untuk menghubungkan defek secara langsung berhubungan dengan jumlah kerusakan dan pergeseran tulang. Perlu waktu tiga sampai empat minggu agar fragmen tulang tergabung dalam tulang rawan atau jaringan fibrus. Secara klinis fargmen tulang tidak bisa lagi digerakkan.
4.    Tahap Penulangan Kalus (Osifikasi).
Pembentukan kalus mulai mengalami penulangan dalam dua sampai tiga minggu  patah tulang, melalui proses penulangan endokondral. Patah tulang panjang orang dewasa normal, penulangan memerlukan waktu tiga sampai empat bulan. Mineral terus menerus ditimbun sampai tulang benar-benar telah bersatu dengan keras. Permukaan kalus tetap bersifat elektronegatif.
5.    Tahap Menjadi Tulang Dewasa (Remodeling). 
Tahap akhir perbaikan patah tulang meliputi pengambilan jaringan mati dan reorganisasi tulang baru ke susunan struktural sebelumnya. Remodeling memerlukan waktu berbulan-bulan sampai bertahun – tahun tergantung beratnya modifikasi tulang yang dibutuhkan, fungsi tulang, dan pada kasus yang melibatkan tulang kompak dan kanselus – stres fungsional pada tulang. Tulang kanselus mengalami penyembuhan dan remodeling lebih cepat daripada tulang kortikal kompak, khususnya pada titik kontak langsung.
Selama pertumbuhan memanjang tulang, maka daerah metafisis mengalami remodeling (pembentukan) dan pada saat yang bersamaan epifisis menjauhi batang tulang secara progresif. Remodeling tulang terjadi sebagai hasil proses antara deposisi dan resorpsi osteoblastik tulang secara bersamaan. Proses remodeling tulang berlangsung sepanjang hidup, dimana pada anak-anak dalam masa pertumbuhan terjadi keseimbangan (balance) yang positif, sedangkan pada orang dewasa terjadi keseimbangan yang negative. Remodeling juga terjadi setelah penyembuhan suatu fraktur. (Rasjad. C, 1998)
C.    MAL UNION, DELAYET UNION dan NON UNION serta UNION
1.    Mal union
Mal union adalah dimana tulang yang patah menyatu dalam waktu yang tepat (3-6 bulan) tetapi tulangnya menjadi bengkok. Penyebabnya bisa karena terlalu banyak bergerak, pernah terpeleset sehingga fragmen tulangnya bergeser, sering duduk atau tidur dengan posisi yang tidak tepat, pengobatan dengan dipijit (karena tidak dilihat langsung, posisinya kurang pas).
2.    Delayed union
Delayed union artinya penyatuan yang tertunda, yaitu patah tulang yang tidak menyatu dalam waktu 3-6 bulan, tidak terlihat ada pertumbuhan tulang yang baru, kalaupun ada sangat sedikit, kalus (tulang muda) di sekitar daerah patahan pun sangat kurang.
Ciri-ciri yang terlihat pada kasus delayed union yaitu :
a.    nyeri pada saat berjalan
b.    terdapat pembengkakan
c.    nyeri pada saat ditekan di daerah patahan
d.    tulang bertambah bengkok ( bisa bengkok, bisa tidak)
e.    terdapat gerakan yang abnormal pada daerah patahan


3.    Non union
Non union artinya tidak menyatu atau tidak ada penyatuan, non union merupakan kasus lanjutan dari delayed union. Jadi, bila patah tulang tidak menyatu dalam waktu 6-8 bulan dinamakan non union.
Penyebab delayed union dan non union :
a.    terlalu banyak bergerak
b.    kurangnya asupan nutrisi untuk tulang (protein, kalsium, magnesium dan zat mineral lainnya)
c.    terlalu stres
d.    jarang berjemur
e.    pernah jatuh atau terpeleset


D.    Sindrom kompartemen
a.    Pengertian
Definisi alternatif sindrom kompartemen, menurut Rankin, ditandai dengan tekanan di dalam ruang tertutup sehingga mengurangi sirkulasi dan fungsi jaringan di ruang tersebut (Rankin, 1981).Sindroma kompartemen adalah suatu kondisi dimana terjadi peningkatan tekanan intertisial di dalam ruangan yang terbatas, yaitu di dalam kompartemen osteofasial yang tertutup. Ruangan tersebut berisi otot, saraf dan pembuluh darah. Ketika tekanan intrakompartemen meningkat, perfusi darah ke jaringan akan berkurang dan otot di dalam kompartemen akan menjadi iskemik. Tanda klinis yang umum adalah nyeri, parestesia, paresis, disertai denyut nadi yang hilang.
Sindroma kompartemen dapat diklasifikasikan menjadi akut dan kronik, tergantung dari penyebab peningkatan tekanan kompartemen dan lamanya gejala. Penyebab umum terjadinya sindroma kompartemen akut adalah fraktur, trauma jaringan lunak, kerusakan arteri, dan luka bakar. Sedangkan sindroma kompartemen kronik dapat disebabkan oleh aktivitas yang berulang misalnya lari.
b.    Etiologi
Penyebab terjadinya sindroma kompartemen adalah tekanan di dalam kompartemen yang terlalu tinggi, lebih dari 30 mmHg. Adapun penyebab terjadinya peningkatan tekanan intrakompartemen adalah peningkatan volume cairan dalam kompartemen atau penurunan volume kompartemen.Peningkatan volume cairan dalam kompartemen dapat disebabkan oleh :
a)    Peningkatan permeabilitas kapiler, akibat syok, luka bakar, trauma langsung.
b)    Peningkatan tekanan kapiler, akibat latihan atau adanya obstruksi vena.
c)    Hipertrofi otot.
d)     Pendarahan.
e)     Infus yang infiltrasi.
f)    Penurunan volume kompartemen dapat disebabkan oleh :
g)     Balutan yang terlalu ketat.
c.    patogenesis
Perkembangan sindroma kompartemen tergantung tidak hanya pada tekanan intrakompartemen tapi juga tekanan sistemik darah. Patofisiologi sindroma kompartemen melibatkan hemostasis jaringan lokal normal yang menyebabkan peningkatan tekanan jaringan, penurunan aliran darah kapiler dan nekrosis jaringan lokal akibat hipoksia. Ketika tekanan dalam kompartemen melebihi tekanan darah dalam kapiler dan menyebabkan kapiler kolaps, nutrisi tidak dapat mengalir keluar ke sel-sel dan hasil metabolisme tidak dapat dikeluarkan. Hanya dalam beberapa jam, sel-sel yang tidak memperoleh makanan akan mengalami kerusakan. Pertama-tama sel akan mengalami pembengkakan, kemudian sel akan berhenti melepaskan zat-zat kimia sehingga menyebabkan terjadi pembengkakan lebih lanjut. Pembengkakan yang terus bertambah menyebabkan tekanan meningkat.Aliran darah yang melewati kapiler akan berhenti. Dalam keadaan ini penghantaran oksigen juga akan terhenti. Terjadinya hipoksia menyebabkan sel-sel akan melepaskan substansi vasoaktif (misal : histamin, serotonin) yang meningkatkan permeabilitas endotel. Dalam kapiler-kapiler terjadi kehilangan cairan sehingga terjadi peningkatan tekanan jaringan dan memperberat kerusakan disekitar jaringan dan jaringan otot mengalami nekrosis.

d.    Dignosa
Sindroma kompartemen dapat didiagnosis berdasarkan pengetahuan tentang faktor resiko, keluhan subjektif dan adanya suatu tanda-tanda fisik dan gejala klinis. Adapun faktor resiko pada sindroma kompartemen meliputi fraktur yang berat dan trauma pada jaringan lunak, penggunaan bebat. Gejala klinis yang umum ditemukan pada sindroma kompartemen meliputi 5 P, yaitu :
a)    Pain (nyeri) : nyeri pada jari tangan atau jari kaki pada saat peregangan pasif pada otot-otot yang terkena ketika ada trauma langsung,maupun tidak, nyeri tersebut terasa walaupun dengan menggunakat obat anti nyeri.
b)    Pallor (pucat) : kulit terasa dingin jika di palpasi, warna kulit biasanya pucat, abu-abu atau keputihan.
c)    Parestesia : biasanya memberikan gejala rasa panas dan gatal pada daerah lesi.
d)    Paralisis : biasanya diawali dengan ketidakmampuan untuk menggerakkan sendi, merupakan tanda yang lambat diketahui.
e)    Pulselesness (berkurang atau hilangnya denyut nadi) : akibat adanya gangguan perfusi arterial
Pengukuran tekanan kompartemen adalah salah satu tambahan dalam membantu menegakkan diagnosis. Biasanya pengukuran tekanan kompartemen dilakukan pada pasien dengan penurunan kesadaran yang dari pemeriksaan fisik tidak memberi hasil yang memuaskan. Pengukuran tekanan kompartemen dapat dilakukan dengan menggunakan teknik injeksi atau wick kateter.
Prosedur pengukuran tekanan kompartemen, antara lain :
a)    Teknik injeksi.Jarum ukuran 18 dihubungkan dengan spoit 20 cc melalui saluran salin dan udara. Saluran ini kemudian dihubungkan dengan manometer air raksa standar. Setelah jarum disuntikkan ke dalam kompartemen, tekanan udara dalam spoit akan meningkat sehingga meniskus salin-udara tampak bergerak. Kemudian tekanan dalam kompartemen dapat dibaca pada manometer air raksa.
b)     Teknik Wick kateter.Wick kateter dan sarung plastiknya dihubungkan ke transducer dan recorder. Kateter dan tabungnya diisi oleh three-way yang dihubungkan dengan transducer. Sangat perlu untuk memastikan bahwa tidak ada gelembung udara dalam sistem tersebut karena memberi hasil yang rendah atau mengaburkan pengukuran. Ujung kateter harus dapat menghentikan suatu meniskus air sehingga dapat dipastikan dan diketahui bahwa dalam jaringan tersebut dilewati suatu trocar besar, kemudian jarumnya ditarik dan kateter dibalut ke kulit.
e.    Terapi
Penanganan sindroma kompartemen meliputi :
a)    Terapi medikal / non bedah.
a.    Menempatkan kaki setinggi jantung, untuk mempertahankan ketinggian kompartemen yang minimal, elevasi dihindari karena dapat menurunkan aliran darah dan akan lebih memperberat iskemia.
b.    Pada kasus penurunan volume kompartemen, gips harus dibuka dan pembalut kontriksi dilepas.
c.    Mengoreksi hipoperfusi dengan cara kristaloid dan produk darah.
d.    Pemberian mannitol, vasodilator atau obat golongan penghambat simpatetik.
b)    Terapi pembedahan / operatif.
Fasciotomi adalah pengobatan operatif pada sindroma kompartemen dengan stabilisasi fraktur dan perbaikan pembuluh darah. Keberhasilan dekompresi untuk perbaikan perfusi adalah 6 jam. Terapi untuk sindroma kompartemen akut maupun kronik biasanya adalah operasi. Insisi panjang dibuat pada fascia untuk menghilangkan tekanan yang meningkat di dalamnya. Luka tersebut dibiarkan terbuka (ditutup dengan pembalut steril) dan ditutup pada operasi kedua, biasanya 5 hari kemudian. kalau terdapat nekrosis otot, dapat dilakukan debridemen, kalau jaringan sehat, luka dapat di jahit (tanpa regangan ), atau skin graft mungkin diperlukan untuk menutup luka ini.Adapun indikasi untuk melakukan fasciotomi adalah :
a.    Ada tanda-tanda klinis dari sindroma kompartemen.
b.    Tekanan intrakompartemen melebihi 30 mmHg.

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Tahapan penyembuhan tulang terdiri dari: inflamasi, proliferasi sel, pembentukan kalus, penulangan kalus (osifikasi), dan remodeling, tulang matur terdiri atas 30% materi organik (hidup) dan 70 % deposit garam. Materi organik di sebut matriks, dan terdiri atas 90% serabut kolagen dan kurang dari 10% protoilitik (protein plus polisakarida).
B.    Saran
Mempermudah kita dalam melakukan penangan penyakit sindrom compartemen pada tulang sehingga kita sebagai perawat bisa bekerja sebagai professional dan meningkatkan kemajuan ilmu kesehatan pada umumnya serta keperawatan pada khusunya.










Daftar pustaka
Corwin, E. J.2007.Buku Saku Fatpofisiologi .Jakarta: Buku Kedokteran EGC
http://ilmubedah.info/sindrom-kompartemen-20110204.html
Sherwood,lauren.Fisiologi Manusia.Edisi 2.1996.jakarta:Buku Kedoktera EGC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar