Selasa, 11 Oktober 2011

terapi bekam

SINDROM TEROWONGAN KARPAL

MATA KULIAH
TERAPI KOMPLEMENTER
 





DISUSUN OLEH
ANDI MAULANA
NIM :102040389

DOSEN PEMBIMBING
Gusti Joni Putra,S.Kep.Ns


PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN
MUHAMMADIYAH PONTIANAK
2010-2011
 
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa Salam besabda :
الشِّفَاءُ فِيْ ثَلاَثَةٍ: شَرْبَةِ عَسَلٍ وَشَرْطَةِ مِحْجَمٍ وَكَيَّةِ نَارٍ وَإِنِّيْ أَنْهَى أُمَّتِيْ عَنْ الْكَيِّ
Kesembuhan itu berada pada tiga hal, yaitu minum madu, sayatan pisau bekam dan sundutan dengan api (kay). Sesungguhnya aku melarang ummatku (berobat) dengan kay.” (HR Bukhari)
Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa Salam bersabda :
إِنَّ أَمْثَلَ مَا تَدَاوَيْتُمْ بِهِ الْحِجَامَةُ وَالْفَصْدُ
Sesungguhnya metode pengobatan yang paling ideal bagi kalian adalah hijamah (bekam) dan fashdu (venesection).” (HR Bukhari – Muslim)
Sindrom Terowongan Karpal (CTS = Carpal tunnel syndrome) adalah salah satu kondisi paling umum yang mengenai saraf  tangan dan menyebabkan keluhan sakit/nyeri, mati rasa (baal), keluhan panas seperti terbakar atau rasa kesemutan di tangan dan jari. Artikel berikut ini diambil dari Science Daily menjelaskan sebuah temuan studi yang menunjukkan bagaimana terapi hijaamah (Bekam/cupping therapy) dapat mengurangi rasa sakit yang disebabkan oleh kondisi tersebut.
Carpal Tunnel adalah terowongan kecil yang membentang dari bagian bawah pergelangan sampai ke telapak tangan.Kumpulan Saraf dan tendon yang berfungsi mengontrol sensasi dan gerakan tangan anda melewati terowongan karpal ini. Saraf dan tendon tersebut dilindungi oleh beberapa tulang  serta ligamentum.
1
Pada kasus CTS, ruang di dalam terowongan karpal tersebut menyusut, mengakibatkan kompresi/penekanan terhadap saraf dan menimbulkan keluhan sakit dan mati rasa.
Rincian penelitian :
Michalsen A, Bock S, Lüdtke R, et al. Effects of Traditional cupping Therapy in Patients With Carpal Tunnel Syndrome: A Randomized Controlled Trial. Volume 10, Issue 6, Pages 601-608 (June 2009).
“ Terapi Bekam Mengurangi keluhan sakit  kasus Sindrom Terowongan Karpal
Sebuah penelitian di Jerman yang diterbitkan dalam The Journal of Pain menunjukkan bahwa teknik penyedotan eksternal yang terutama banyak digunakan di luar AS, (disebut Terapi Bekam/cupping therapy), efektif untuk mengurangi sementara keluhan rasa sakit dari Sindrom Terowongan Karpal (CTS).
Peneliti dari Rumah Sakit Immanuel Berlin membagi secara acak lima puluh dua pasien CTS ke dalam kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Kelompok perlakuan mendapatkan terapi hijaamah/Bekam basah di atas permukaan otot trapezius (musculus trapezius) kemudian diberikan 5-10 tusukan menggunakan lancet steril. Setelah kop bekam diletakkan di atas permukaan kulit lalu dilakukan sebuah vakum parsial menggunakan alat hisap Elektromekanik ataupun manual dengan pompa.
Tehnik Hijaamah ini digunakan sebagai metode pengobatan di Cina, India, Arab, Eropa Tengah dan di beberapa wilayah Afrika. Hijaamah dilakukan pada wilayah “segitiga bahu(shoulder triangle)” merupakan tempat jaringan ikat di daerah bahu-leher. Cara ini diyakini dapat meningkatkan mikrosirkulasi darah sehingga membantu meringankan gejala CTS.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien CTS yang mendapatkan terapi hijaamah mengalami penurunan keluhan nyeri dan gejala lainnya yang sangat signifikan. Perawatan tunggal mampu meningkatkan kemampuan fungsional dan kualitas hidup pasien selama seminggu. Para penulis menjelaskan penyebab didapatkannya efek positif  terapi  tersebut karena tiga kemungkinan :
* Penyedotan darah lokal menyebabkan perbaikan perfusi jaringan serta bertambah baiknya metabolisme sehingga dapat memingkatkan fungsi saraf medianus.
* Hijaamah kemungkinan memiliki efek antinociceptive      
* Terapi Hijaamah seoertinya bisa menghasilkan efek plasebo yang kuat.
Pasien sangat nyaman dengan metode pengobatan tersebut. Dalam praktek klinis, terapi hijaamah dapat dilakukan dengan mudah dan berulang kali. Penulis berharap dilakukan penelitian lanjutan untuk menilai efek dan pengaruh jangka panjang terapi hijaamah untuk mengurangi keluhan rasa sakit CTS.
B. Masalah
Adapun masalah yang kami bahas adalah :
1.      Apakah Sindrom Terowongan Karpal ?
2.      Bagaimanakah cara menggunakanya hijmaah terhadap Sindrom Terowongan Karpal?
3.      Bagaimanakah cara kerja hijmaah terhadap Sindrom Terowongan Karpal?

B.     Tujuan
Makalah yang kami buat ini bertujuan :
1.      Mendeskripsikan Sindrom Terowongan Karpal.
2.      Mendeskripsikan cara menggunakanya hijmaah terhadap Sindrom Terowongan Karpal.
3.      Mendeskripsikan cara kerja hijmaah terhadap Sindrom Terowongan Karpal.










BAB II
ARTIKEL
Sindroma Terowongan Karpal
A.    Pendahluan
Salah satu penyakit yang sering mengenai nervus medianus adalah neuropati tekanan/ kompresi. Di pergelangan tangan, nervus medianus berjalan melalui terowongan karpal (carpal tunnel) dan menginnervasi kulit telapak tangan dan punggung tangan di daerah ibu jari, telunjuk, jari tengah, dan setengah sisi radial jari manis. Pada saat berjalan melalui terowongan inilah nervus medianus paling sering mengalami tekana yang dapat menyebabkan terjadinya neuropati tekanan yang dikenal dengan istilah Sindroma Terowongan Karpal (STK).
Tahun 1988, Wibowo melakukan studi prospektif pasien STK di Jakarta dan mendapatkan 58 pasien, yang teridri dari 8 laki-laki dan 50 wanita dengan usia terbanyak 46-59 tahun. Wanita yang menderita STK 2-5 kali lebih banyak daripada laki-laki.
B.     Definisi
STK merupakan neuropati tekanan pada saraf medianus dalam terowongan karpal pada pergelangan tangan, disebabkan tekanan mekanis oleh suatu gerakan berulang dan ritmis.
C.    Anatomi

4
Rongga karpal dibatasi oleh dinding kaku yang dibentuk oleh tulang dan sendi carpal serta ligamentum carpal transversum (fleksor retinakulum) yang tebal. Terowongan carpal dibatasi oleh tulang distal radius, lunatum, dan capitatum di sisi dorsal; tulang skaphoid, jaringan fibrous untuk terowongan fleksorcarpiradialis di sisi radial; tulang triquetrum dan ligamentum pisohamatum di sisi ulnar; ligamentum carpal tranversum yang tebal membentang dari tulang pisiform ke skaphoid-trapezoid di sisi polar. Carpal tunnel berisi ligamentum fleksor digitorum superfisialis dan profundus, flexor pollicis longus, dan n. medianus yang lebih ke radial.
4
 
D.    Fisiologi
Persarafan tangan terdiri atas saraf radialis, medianus, dan ulnaris. Dari ketiga saraf ini hanya saraf medianus yang melewati terowongan carpal, sehingga pada STK menimbulkan gangguan fungsi saraf medianus dari terowongan carpal ke distal, walaupun rasa nyerinya dapat dirasakan sampai ke arah proksimal di leher tempat saraf medianus berasal. Selain fungsi motoris dan sensoris, saraf medianus juga merupakan saraf simpatis, sehingga ketiga fungsi ini dapat terganggu pada STK.
E.     Patogenesis
Ada beberapa hipotesis mengenai patogenesis dari STK. Sebagian besar berpendapat bahwa faktor mekanik dan vaskuler memegang peranan penting dalam terjadinya STK.Sebagian besar STK terjadi perlahan-lahan (kronis) akibat gerakan pada pergelangan tangan yang terus-menerus sehingga terjadi penebalan atau tenosinovitis pada fleksor retinakulum, yang menyebabkan tekanan terhadap nervus medianus. Tekanan yang berulang-ulang dan lama akan mengakibatkan peninggian tekanan intrafasikuler. Akibatnya aliran darah vena intrafasikuler melambat. Kongesti yang terjadi ini akan mengganggu nutrisi intrafasikuler lalu diikuti oleh anoksia yang akan merusak endotel. Kerusakan endotel ini akan mengakibatkan kebocoran protein sehingga terjadi edema epineural. Hipotesis ini menerangkan bagaimana keluhan nyeri dan sembab yang timbul terutama pada malam/ pagi hari akan berkurang setelah tangan dikibaskan atau diurut (mungkin akibat terjadinya perbaikan sementara pada aliran darah). Apabila kondisi ini terus berlanjut, akan terjadi fibrosis epineural yang merusak serabut saraf. Lama-kelamaan saraf menjadi atrofi dan digantikasn oleh jaringan ikat yang mengakibatkan fungsi nervus medianus terganggu secara menyeluruh.
Pada STK akut biasanya terjadi penekanan yang melebihi tekanan perfusi kapiler sehingga terjadi gangguan mikrosirkulasi dan timbul iskemik saraf.





F.     Etiologi
  1. Trauma langsung ke carpal tunnel yang menyebabkan penekanan, misalnya Colles frakture, edem akibat trauma.
  2. Posisi pergelangan tangan, misalnya fleksi akut saat tidur, imobilisasi pada posisi fleksi dan deviasi ulnar yang cukup besar.
  3. Trauma akibat gerkan fleksi-ekstensi berulang pergelangan tangan dengan kekuatan yang cukup seperti saat mencuci.
  4. Tumor atau benjolan yang menekan carpal tunnel.
  5. Edem akibat inflamasi, kehamilan, atau infeksi
  6. Osteofit sendi carpal akibat proses degenerasi.
  7. Kelainan sistemik seperti : obesitas, DM, tiroid,dll..
G.    Gambaran Klinis
1.      Nyeri di tangan yang biasanya timbul malam/ pagi hari. Penderita sering terbangun karena nyeri dan berusaha mengatasi keluhannya dengan menggerak-gerakan tangan atau mengurutnya. Nyeri berkurang saat istirahat dan bertambah pada aktivitas yang melibatkan pergelangan tangannya.
2.      Rasa baal, kesemutan, pada jari-jari ke 1,2,3, dan 4 sisi radial.
3.      Kadang nyeri sampai lengan atas dan leher , tapi rasa baal, kesemutan hanya pada distal pergelangan tangan saja.
4.      Jari-jari, tangan, dan pergelangan tangan edem pada pagi hari dan menghilang setelah mengerjakan sesuatu.
5.      Gerakan jari kurang terampil.
6.      Otot telapak tangan mengecil.









H.     Diagnosis
  1. Anamnesis
  2. Pemeriksaan fisik berupa : Flick’s sign, thenar wasting, menilai kekuatan otot, wrist extension test, phalen test, torniket test, tinel sign, pressure test, luthy sign, pemeriksaan sensibilitas, pemeriksaan fungsi otonom.
  3. Pemeriksaan radiologis, dengan sinar X pada pergelangan tangan.
  4. Pemeriksaan laboratorium, untuk mengetahui etiologi.
I.       Diagnosis Banding
  1. Cervical radiculopathy, biasanya keluhan berkurang bila leher diistirahatkan dan bertambah bila leher bergerak. Distribusi gangguan sensorik sesuai dermatomnya.
  2. Pronator teres sindrom
  3. de Quervain sindrom.
J.      Terapi
  1. Terapi langsung terhadap STK, berupa terapi konservatif dan terapi operatif.
  2. Terapi terhadap keadaan atau penyakit yang mendasari STK.
Prognosis
Prognosis STK cukup baik, tetapi risiko kambuh masih ada.







BAB III
Pembahasan
A.    Bekam dibedakan melalui 2 jenis, yakni :
1.      Bekam kering, proses bekam jenis ini dilakukan dengan menghisap permukaan kulit dan memijat tempat sekitarnya tanpa mengeluarkan darah kotor. Bekam kering diyakini untuk melegakan sakit secara darurat atau digunakan untuk meringankan kenyerian urat-urat punggung karena sakit rheumatik juga penyakit-penyakit penyebab kenyerian punggung. Seringkali bekam jenis ini diaplikasikan kepada orang yang takut jarum suntik dan takut melihat darah. Kulit yang dibekam akan tampak merah kehitam-hitaman selama 3 hari.
2.      Bekam basah pada proses terapi bekam jenis ini dilakukan setelah melakukan bekam kering, dilanjuti dengan melukai permukaan kulit dengan jarum tajam yang sudah sterilkan, lalu di sekitarnya dihisap dengan alat cupping set dan hand pump untuk mengeluarkan darah. Darah yang keluar diyakini sebagai darah kotor. Lamanya setiap hisapan 3 sampai 5 menit, dan maksimal 9 menit, Tergantung dari penyakitnya, dalam kasus tertentu memungkinkan proses bisa lebih lama
Bekam yang paling cocok untuk sidrom terowongan karpal adalah bekam basah karena  Bekam basah pada dasarnya dalam melakukan  penyembuhkan dengan tiga prinsip utama yaitu:
B.     Cara kerja bekam
Cara kerja bekam basah dalam mengatasi sindrom terowongan karpal adalah dengan mengeluarkan darah / hijamah damamiyah dari daerah tangan proses ini meliputi, Detoksifikasi,  Merangsang Zat Antibodi, dan Merangsang Hormon Regenerasi Sel.
1.      Detoksifikasi
Bekam dapat mengeluarkan racun-racun dari  pergelangan tangan karena bekam pada prosesnya membuang darah bercampur toksin yang ada dibelakang kulit. Toksin ini berasal dari makanan yang tidak sehat, minuman yang tidak alami dan juga pencemaran udara yang masuk. Toksin ini terkumpul dalam tubuh sedikit demi sedikit dan tidak bisa dibuang melalui urin maupun feces karena mereka tidak dapat larut dalam air.

8
 
Zat-zat toksin ini kemudian menjadi radikal bebas yang berpindah-pindah dalam darah sampai mereka ditumpuk di jaringan lemak dibawah lapisan kulit daerah pergelangan tangan. Keberadaan mereka mengganggu terjadi penebalan atau tenosinovitis pada fleksor retinakulum, yang menyebabkan tekanan terhadap nervus medianus. Misalnya saja dioksin, timbal atau formalin yang masuk melalui makanan dan minuman. Dengan bekam, maka toksin yang tertumpuk tersebut ikut tersedot bersama darah yang sudah rusak. Buktinya adalah darah yang keluar terlihat kusam gelap dan mudah sekali menggumpal. Dengan keluarnya toksin maka tubuh mempunyai kesempatan untuk berfungsi secara normal dan proses penyembuhan pun terjadi.
2.      Merangsang Zat Antibodi
Ketika proses pembekaman, jaringan kulit yang dibekam mengalami perusakan. Perusakan ini direspon tubuh dengan memproduksi sel T (zat antibodi tubuh) untuk mencegah adanya infeksi di lokasi pembekaman. Lokasi pembekaman yang merupakan titik akupuntur terhubung dengan organ-organ tertentu.
Zat antibodi itu ternyata dikrimkan tidak hanya ke lokasi pembekaman, namun juga ke lokasi organ-organ yang terhubung dengan titik akupuntur pembekaman tersebut. Sehingga daerah tangan terjadi pembasmian kuman-kuman patogen yang selama ini menyebabkan penyakit. Dengan demikian kuman mati dan organ pun dapat berfungsi secara normal. Inilah yang mengakibatkan terjadinya proses penyembuhan.
3.      Merangsang Hormon Regenerasi Sel
Pada proses terapi bekaman, jaringan kulit yang dibekam mengalami perusakan sel-sel dan jaringan. Perusakan ini direspon tubuh dengan memproduksi hormon regenerasi sel untuk memperbaiki kerusakan jaringan dan sel di lokasi pembekaman. Lokasi pembekaman yang merupakan titik akupuntur terhubung dengan organ-organ tertentu.
Hormon Regenerasi Sel itu ternyata dikrimkan tidak hanya ke lokasi pembekaman, namun juga ke lokasi organ-organ yang terhubung dengan titik akupuntur pembekaman tersebut. Sehingga di daerah lengan terjadi perbaikan jaringan dan sel yang rusak. Dengan demikian organ pun kembali pulih dapat berfungsi secara normal. Proses inilah yang mengakibatkan terjadinya proses penyembuhan sindrom karpal.



Bekam yang paling sesuai untuk sindrom terowongan karpal adalah bekam basah.
C.    Cara Melakukan Bekam Basah :
1.      Pilih titik bekam berdasarkan kondisi pasien.
2.      Pilih gelas bekam (cup) berdasarkan tingkat penyakit pasien dan postur tubuh. Semakin besar gelas yang digunakan maka tingkat rasa sakit akan semakin besar, namun efeknya akan semakin baik.
3.      Bersihkan bagian kulit yang akan dibekam dengan desinfektans/alkohol.
4.      Pompa gelas bekam dengan piston pada posisi yang dikehendaki sebanyak 2-3 kali tarikan, atau sampai piston tidak dapat ditarik lagi.
5.      Biarkan selama 3-5 menit.
6.      Lepas gelas bekam dan sayat bagian bekas bekam dengan silet, lanset, pisau bedah atau jarum steril.
7.      Bekam lagi posisi yang disayat tadi.
8.      Tunggu selama lebih kurang 3 menit sampai darah keluar dan menumpuk pada gelas bekam.
9.       Lepas gelas bekam dan buang darah kotor yang keluar, bersihkan kembali gelas bekam dan desinfeksi.
10.  Bekam lagi sebanyak 3-5 kali, atau sampai keluar cairan putih dari kulit.
11.  Oles bekas sayatan dan bekam dengan minyak habbatus sauda’ (jinten hitam).
12.  Lakukan setiap bulan atau setiap 2 minggu bagi yang penyakitnya parah.

D. Diaknosa penyakit dengan bekam
Diagnosa bekam/cupping dapat dilihat dari warna pigmen kulit setelah pembekaman. Di dalam buku “Canon of Internal Medicine” dikatakan, “Kondisi organ internal (organ dalam) dapat diketahui dengan cara mengobservasi (mengamati) gejala-gejala eksternal dan tanda-tanda fisik, sehingga penyakitnya dapat didiagnosa.”



Reaksi pigmen pada kulit bekas bekam adalah sebagai berikut :
1.      Bekas bekam yang muncul berwarna ungu kegelapan atau hitam, pada umumnya hal ini mengindikasikan kondisi defisiensi (kekurangan) pasokan/suplai darah dan channel/saluran (pembuluh) darah yang tidak lancar yang disertai dengan keberadaan darah statis (darah beku).
2.      Bekas bekam yang muncul berwarna ungu disertai plaque (bercak-bercak), pada umumnya hal ini menandakan terjadinya gangguan/ kelainan gumpalan darah yang berwarna keunguan dan adanya darah statis (darah beku).
3.      Bekas bekam yang muncul berbentuk bintik-bintik ungu yang tersebar dengan tingkatan warna yang berbeda (ada yang tua dan ada yang ungu muda). Hal ini menandakan kelainan “Qi” dan darah statis.
4.      Bekas bekam yang muncul berwarna merah cerah, biasanya hal ini menunjukkan terjadinya defisiensi “Yin”, defisiensi “Qi” dan darah atau rasa panas yang dahsyat yang diinduksi oleh defisiensi “Yin”.
5.       Bekas bekam yang muncul berwerna merah gelap, hal ini mengindikasikan kondisi lemak di dalam darah yang tinggi disertai dengan adanya panas patogen.
6.      Bekas bekam yang muncul berwarna agak pucat/putih dan tidak hangat ketika disentuh, hal ini mengindikasikan terjadinya defisiensi cold (dingin) dan adanya gas patogen.
7.      Adanya garis-garis pecah/ruam pada permukaan bekas bekam dan rasa sedikit gatal, hal ini mengindikasikan kondisi adanya wind (lembab) patogen dan gangguan gas patogen.
8.      Munculnya uap air pada dinding bagian dalam gelas bekam, menandakan kondisi adanya gas-gas patogen pada daerah tersebut.
9.      Adanya blister (lepuhan/lecat) pada bekas bekam, menggambarkan kondisi gangguan gas yang parah pada tubuh. Adanya darah tipis pada blister merupakan reaksi gas panas toksin.



BAB IV
Penutup
A.    Kesimpulan
Sindrom Terowongan Karpal  adalah keadaan dimana rongga karpal yang dibatasi oleh dinding kaku  , sendi carpal dan  ligamentum carpal transversum (fleksor retinakulum) menebal hal ini menimbulkan gangguan fungsi saraf medianus dari terowongan carpal ke distal sehingga menyebabkan nyeri di tangan yang biasanya timbul malam/ pagi hari, sesuai dengan sabda rasulullah salah satu metode untuk mengatasi penyakit ini adalah dengan bekam karena efek positif  terapi  tersebut.
B.     Saran
Dengan adanya pembuatan makalah ini di harapkan kita dapat memahami tentang manfaat terapi bekam (hijamah) dalam mengatasi Sindrom Terowongan Karpal, sehingga kita dapat mengaplikasikan dalam proses keperawatan sebagai cara alternatip dengan pertimbangan tertentu.





12

 

DAFTAR PUSTAKA
  1. Asnawi dan Margono. 2007. Gambaran Umum tentang Neuropati. In : Kapita Selekta Neurologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
  2. Ginsberg, Lionel. 2008. Lecture Notes Neurologi. Ed : ke-8. Jakarta: Penerbit Erlangga.
  3. Mardjono dan Sidharta. 2008. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat.
  4. Ngoerah, I Gusti. 1991. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Saraf. Surabaya: Airlangga University Press.
  5. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. 1996. Buku Ajar Neurologi Klinis. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
  6. Price dan Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Prose-Prose Penyakit. Ed: Ke-6. Jakarta: EGC.
  7. Tonam, dkk. 2004. Kisi-Kisi Neurologi. Jakarta: BPFKUI.:
9.      http://ackogtg.wordpress.com/2009/03/12/sindroma-terowongan-karpal/











1333
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar